The Alien

Senin, 29 September 2014

Tinjauan Umum pandangan dunia tekhnologi komunikasi didalam kehidupan budaya Indonesia

Pada zaman sekarang ini, kebudayaan di Indonesia sudah sangat ditinggalkan oleh masyarakat karena adanya Tekhnologi komunikasi yang sudah sangat berkembang pesat di Indonesia. Kehadiran Tekhnologi Komunikasi membawa pengaruh yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia, pengaruh ini dapat menjalar ke seluruh bidang seperti politik, ekonomi, Budaya, Sosial, bahkan bidang Keagamaan.Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat berdampak positif dan negatif terhadap kebudayaan Indonesia, karena dari tekhnologi tersebut dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku-perilaku yang ada pada masyarakat sekitar.

Permisalan untuk yang paling mudah yang paling sering kita lihat sehari-hari, ketika waktunya kita berkumpul entah itu dengan keluarga, teman dan kerabat dekat saat tekhnologi sudah mendunia dan masuk ke Indonesia, orang-orang jadi Sibuk atau bahkan Asyik sendiri dengan gadget gadget yang mereka punya sehingga komunikasi antara satu dan yang lain menjadi berkurang. Berbeda dengan kebudayaan kita pada zaman dahulu sebelum adanya Gadget gadget bagus, orang-orang bisa dengan mudahnya berkumpul dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Pada zaman sekarang ini pula dengan adanya tekhnologi seperti TV kabel jadi orang-orang sudah bisa menonton film-film terbaru yang belum keluar bahkan yang sudah ada di Indonesia, berbeda dengan zaman dahulu yang hanya menggunakan Layar Tancap yang biasanya pula diisi dengan film-film yang sudah lama sekali. Yang disayangkan dengan adanya tekhnologi komunikasi ini adalah kebiasaan menyendiri yang dimiliki oleh seseorang jika sudah asyik dengan gadgetnya sendiri, sehingga orang tersebut jadi berkurang interaksinya dengan yang lain dan hanyak sibuk sendiri. Tetapi ada juga dampak positif dari tekhnologi komunikasi ini, misalkan pada pengiriman surat-menyurat pada zaman dahulu orang-orang akan menggunakan kurir untuk mengantarkan surat-suratnya sampai ketujuan, tapi lihatlah pada zaman sekarang dimana tekhnologinya sudah berkembang sangat pesat, orang-orang hanya perlu mengirim suratnya melalui internet dengan mengirimkan e-mail atau surat elektronik atau orang-orang sudah bisa bertatap muka melalui sosial media yang sudah ada. Jadi intinya kita semua sebagai warga negara Indonesia yang sangat mencintai kebudayaan Indonesia harus bisa mengimbangi perkembangan zaman agar kita semua tidak GAPTEK ataupun ketinggalan zaman.
Read More ->>

Fenomena Tahun Baru


  • Bila kita mengamati secara seksama realitas yang ada menjelang berakhirnya setiap tahun Masehi, maka akan kita dapatkan seakan Rasulullah Saw., berbicara tentang kondisi kontemporer saat ini. Betapa tidak, hampir mayoritas umat ini merayakan datangnya Tahun Baru Masehi tersebut persis dengan apa yang dilakukan oleh pemilik Hari Besa...r tersebut, yaitu kaum Yahudi. Anehnya, hal ini banyak juga dirayakan oleh kalangan Nashrani.

    Dari Abu Sa’id al-Khudry bahwasanya Nabi Saw., bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (tata-cara) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka masuk lubang semutpun, niscaya kalian akan memasukinya juga”. Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)”. (Hr. Al-Bukhari)
    Perayaan yang berisi hura-hura, kemaksiatan dan pemubaziran dilakukan di hampir seluruh pelosok negeri, tidak oleh kalangan muda-mudi saja tetapi juga oleh orang-orang tua. Pada tengah malam menjelang pergantian tahun; berpesta pora, lelap dalam gegap-gempita serta suara hiruk-pikuk musik yang menggila. Beramai-ramai dalam suasana sesak, saling himpit dan bergaya dengan berbagai mode yang ada.

    Bila melihat nama, sepertinya memperingati dan merayakan Tahun Baru Masehi identik dengan tahunnya orang-orang Nashrani saja. Tetapi sebenarnya, perayaan Tahun Baru tersebut merupakan bagian dari aktifitas ritual agama Yahudi dan Majusi (yang disebut dengan an-Nayrûz). Oleh karena itu, merekalah yang sebenarnya memiliki misi merayakan dan memeriahkannya bukan kaum Nashrani apalagi kaum Muslimin.

    Dalam Islam, hanya dikenal tiga Hari Besar (’Ied) yang memang disyariatkan untuk dirayakan dan dimeriahkan; dua bersifat tahunan, yaitu ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adlha yang belum lama ini kita lalui. Satu lagi, bersifat pekanan, yaitu Hari Jum’at. Selain tiga Hari Besar ini, tidak dikenal peringatan dan perayaan hari besar lainnya, apalagi bila perayaan itu identik dengan agama selain Islam.

    Yang menjadi masalah kemudian adalah keterlibatan sebagian besar dari umat Islam di dalamnya; Kenapa mereka ikut merayakan dan memeriahkannya juga? Tidak tahukah bahwa perayaan itu khusus untuk non Muslim, khususnya, kaum Yahudi dan Majusi? Tahukah bahwa hal ini bertentangan dengan ajaran agama?

    Tentu kita amat prihatin dengan nasib umat yang semakin lama semakin terkikis ‘aqidahnya, sedikit-demi sedikit sebagaimana yang disinyalir di dalam hadits Nabi di atas.

    Setidaknya ada dua faktor besar yang menyebabkan terjadinya hal tersebut: pertama, kurangnya ilmu sebagian besar umat Islam akan ajarannya. Kedua, Kurangnya kontrol para ulama, khususnya penekanan terhadap sisi ‘aqidah.

    Proses pembelajaran selama ini hanya bertumpu kepada acara-acara ceremonial. Rujukan-rujukan yang digunakan dari sisi materi kurang memberikan tekanan kepada pemurnian ‘aqidah dari syirik dan penyakit TBC (Takhayyul, Bid'ah, Syirik dan Churafat) sementara dari sisi otentititas dan validitasnya kurang dapat dipertanggungjawabkan pula karena banyak sekali hadits-hadits yang dijadikan sebagai hujjah sangat lemah kualitasnya bahkan maudlu’ (palsu).

    Umat yang awam hanya mengerti bahwa acara-acara ceremonial semacam itu adalah bagian dari agama yang mereka anggap “wajib” dilakoni dari masa ke masa secara turun-temurun. Terlepas apakah hal itu benar-benar dicontohkan oleh Rasulullah melalui hadits shahih atau tidak. Apalagi bila ditanyakan tentang rujukannya, logika berfikir hanya menjawab bahwa hal itu “Memang dari sononya.” terbiasa dengan “taqlid buta.”

    Selain acara-acara ceremonial tersebut, memang banyak sekali diadakan majlis-majlis ta’lim tetapi amat disayangkan bahwa bobot materinya kurang berimbang. Sangat sedikit -untuk tidak mengatakan hampir tidak pernah- di dalamnya menyentuh sisi ‘aqidah dan bagaimana mereka bisa terlepas dari kesyirikan dan penyakit TBC tersebut. Yang sering disuguhkan “hanyalah” masalah dzikir bersama, dzikir nasional, fadlâ-il ‘amâl (pahala ibadah yang ini sekian dan yang itu sekian) padahal hadits-hadits yang digunakan sebagai hujjahnya sebagian besar dla'if (lemah) bahkan maudlu’.

    Dengan posisi seperti ini, sudah sepatutnya bahkan wajib bagi mereka untuk memberikan pelajaran-pelajaran agama yang benar kepada umat sebab umat yang awam hanya bertaqlid kepada mereka. Mereka harus mengambil dalil-dalilnya dari rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid sebab kelak mereka akan mempertanggungjawabkan hal ini di hadapan Allah Swt.

    Sudah sepantasnya, para ulama meneladani sikap para Imam empat Madzhab yang semuanya sepakat menyatakan keharusan untuk merujuk kepada hadits yang shahih. Imam Abu Hanifah dan Imam asy-Syafi’i mengatakan: “Bila hadits itu shahih, maka itulah madzhabku”. Imam Ahmad berkata: “Janganlah kalian mentaqlidiku, jangan pula mentaqlidi Malik, asy-Syafi'i, al-Awza'i dan ats-Tsawry tetapi ambillah darimana mereka mengambil”. Imam Malik berkata: “Tidak ada seorangpun setelah (wafatnya) Nabi Saw., kecuali pendapatnya diambil atau ditinggalkan kecuali Nabi Saw.” Para Imam ini melarang umat dan pengikutnya mentaqlid mereka secara buta bahkan salah seorang dari mereka, yakni Abu Hanifah amat keras sekali ucapannya, “Haram bagi siapa yang tidak mengetahui dalilku untuk berfatwa dengan ucapanku.”

    Bilamana pemurnian ‘aqidah dari kesyirikan dan penyakit TBC tersebut lebih difokuskan tentu kejahilan umat akan ajaran agamanya akan dapat teratasi dan terkikis sehingga perayaan semacam “Natal Bersama,” “Valentine Days,” “Tahun Baru (Happy New Year)” dan sebagainya tidak akan mampu membuai dan menggoyahkan ‘aqidah mereka.

    Terdapat korelasi yang jelas antara hadits di atas dengan hadits larangan Tasyabbuh (menyerupai) dengan suatu kaum. Dalam hadist diatas, Rasulullah mensinyalir bahwa umat ini akan mengikuti sunnah (tata-cara) orang-orang Yahudi dan Nashrani. Maka, di dalam mengikuti cara mereka tersebut terdapat penyerupaan di dalam banyak hal.

    Dalam hadits Rasulullah banyak sekali larangan agar kita jangan menyerupai suatu kaum, terutama sekali terhadap orang-orang Yahudi dan Nashrani, diantaranya sabda beliau, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka”.

    Imam Al-Munawy dan Al-‘Alqamy mengomentari makna “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, yakni secara zhahirnya dia berpakaian seperti pakaian mereka, mengikuti gaya hidup dan petunjuk mereka di dalam berpakaian serta sebagian perbuatan mereka.”

    Al-Qary mengatakan, “Barangsiapa menjadikan dirinya serupa dengan orang-orang kafir, misalnya di dalam berpakaian dan selainnya atau serupa dengan orang-orang fasiq, Ahli Tasawwuf atau serupa dengan orang-orang yang lurus dan baik, maka dia adalah bagian dari mereka, yakni di dalam mendapatkan dosa atau kebaikan/pahala.”

    Dalam hal ini, tentu saja Fenomena Merayakan Tahun Baru tersebut masuk ke dalam katogeri larangan Tasyabbuh.

    Tidak ada cara lain bagi kita kecuali dengan membentengi diri dengan ‘aqidah yang benar sehingga tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat menodai, mengotori apalagi menggoyahkannya. Peranan orang tua pun sangat penting dalam mengarahkan pendidikan agama yang memadai bagi anak-anaknya terutama penekanan sisi ‘aqidah. Tidak hanya menjadi komandan di tengah keluarga namun hendaknya menjadi seorang imam seperti yang pernah disampaikan al-Ustadz Shiddiq Amien dalalm salah satu satu khutbahnya.

    Bagi sebagian orang “Tahun Baru” adalah salah satu momen yang mengingatkan bahwa jatah usia semakin berkurang. Padahal setiap hari pun, setiap jam, menit dan detik jatah usia memang terus berkurang, kematian semakin dekat, tamu terakhir sebentar lagi datang. Sudahkah mempersiapkan diri menghadapinya.

    “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar Dia menguji kamu siapakah yang paling banyak amalnya.” (Qs. Al Mulk [67]:2)

    Waktu adalah kesempatan hidup, kesempatan kita untuk beramal, untuk beribadah karena kita memang diciptakan untuk beribadah (Qs. Adz Dzariyat: 56).

    Untuk urusan bisnis dan kerja, sering orang membuat suatu target pencapaian dan perencanaan yang begitu matang. Namun sudahkah kita membuat suatu perencanaan dan target untuk ibadah.

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr:18)

    Menurut Toto Tasmara, dalam bukunya Kecerdasan Ruhaniah, mengatakan bahwa orang yang menghayati ayat tersebut adalah orang yang mempunyai visi, yang mempunyai gambaran masa depan. “Mereka menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang sangat berharga untuk membuat rencana yang lebih cermat.”

    Sedangkan dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa maksud kalimat “Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” adalah hisablah dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lihatlah apa yang sudah kamu tabung untuk diri-diri kamu, berupa amal saleh, untuk hari dimana kamu akan kembali dan berhadapan dengan Tuhan kamu.

    Sudahkah kita melihat dan meneliti apa yang telah kita lakukan dan membuat rencana kedepan agar lebih baik. Banyak orang yang menyatakan (terlepas dia seorang yang awam terhadap agama atau mereka yang memang faham akan agama), mereka menyatakan, “Ingat tahun ini harus lebih dari tahun lalu!”

    “Ya Allah! anugerahilah kepada kami kecintaan terhadap iman, dan anugerahilah kami kebencian terhadap kekufuran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Jadikanlah kami diantara orang-orang yang mendapat petunjuk dan senantiasa bergesa atas panggilan dan perintah-Mu”.

    Semoga kita semua mendapatkan petunjuk Allah Swt., dan senantiasa dibimbing ke jalan yang diridlai oleh-Nya
Read More ->>

Peranan Pemuda

Peranan pemuda dalam masyarakat dibedakan atas dua hal :
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan :
- Pemuda meneruskan tradisi dan mendukung tradisi
- Pemuda yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi.

b. Peranan pemuda yang menolak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dibedakan menjadi :
- Jenis pemuda pembangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Contoh sastrawan Rendra dan Chairil anwar pada masanya.
- Jenis pemuda nakal/ delinkuen, yaitu jenis pemuda yang tidak berniat mengadakan perubahan pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan tindakan menguntungkan bagi diri sendiri.
- Jenis pemuda radikal, yaitu mereka yang berkeinginan besar mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh bagaimana selanjutnya.

KESIMPULAN

Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini.
Jika dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya, setiap generasi memiliki cirri-ciri khas corak atau watak pergerakan / perjuangan. Sehubungan dengan itu, sejak kebangkitan Nasional, di Indonesia pernah tumbuh dan berkembang tiga generasi yaitu generasi 20-an generasi 45 dan generasi 66 dengan masing-masing ciri khasnya.

Read More ->>

Pertumbuhan Penduduk

       Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Model pertumbuhan penduduk meliputi Model Pertumbuhan Malthusian dan model logistik.
FAKTOR-FAKTOR PERTUMBUHAN PENDUDUK

     Pertumbuhan penduduk disuatu Negara sangat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Kelahiran (fertilitas), Kematian (mortalitas) dan Perpindahan penduduk (migrasi). Pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji tentang ketiganya.

  • Kelahiran (fertilitas).
Faktor kelahiran (fertilitas) merupakan tingkat pertambahan penduduk melalui kelahiran bayi disuatu wilayah pada suatu priode tertentu.
  • Kematian (mortalitas). 
Faktor Kematian (mortalitas) merupakan pengurangan penduduk melalui kematian disuatu wilayah pada suatu priode tertentu. 

  • Perpindahan penduduk (migrasi).
Perpindahan penduduk (migrasi) adalah pindahnya penduduk dari satu tempat ketempat lain dan tidak terpengaruh oleh wilayah.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :

1. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja

Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.

2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan

Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.

3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi

Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.

4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan

Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.


Read More ->>

Kebudayaan Yang Terlupakan

Budaya warisan leluhur Indonesia kini dirasa semakin hari semakin terlupakan. Terlebih semakin majunya teknologi juga membuat bangsa Indonesia semakin melupakan tradisi yang ada. Lihat saja ketika anak-anak sekarang cenderung lebih senang main game di handpone atau di internet ketimbang bermain permainan tradisional khas Indonesia. Masuknya berbagai budaya asing yang tidak terlebih dahulu disaring dan diseleksi juga menjadi salah satu penyebabnya. Pemuda sekarang cenderung lebih menyukai lagu-lagu korea ketimbang lagu-lagu kebangsaan atau lagu daerah khas mereka. Gaya berpakaian dan gaya hidup mereka juga cenderung mengadopsi dari barat yang jelas-jelas berbeda dengan budaya asli Indonesia. Dengan berbagai masalah demikian Indonesia akan semakin kehilangan identitas kebangsaaanya. Budaya warisan yang tak diperkenalkan kepada anak-anak kita mengakibatkan anak-anak kita dikemudian hari seolah tidak mengenal identitas kebangsaanya. Pemerintah dan pemuda calon Pengubah bangsa hendaknya lebih gencar mensosialisasikan identitas kebangsaan Indonesia agar budaya milik kita tidak terlupakan.
Berbagai kasus yang terjadi dewasa ini juga membuat Indonesia semakin sulit untuk bangkit dan berbenah. Bahkan dalam suatu situs Indonesia pernah dinobatkan sebagai Negara terkorup di Dunia. Jika sudah seperti ini kita sebagai pemuda calon Pengubah Bangsa harus lebih belajar dari kesalahan-kesalahan aparat yang tidak bertanggung jawab untuk lebih menanamkan sikap tanggung jawab, moral yang lebih ditekankan dan juga berkomitmen untuk sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan Negara dan juga lebih mempertahankan budaya asli Indonesia agar budaya asli Indonesia tidak lagi diakui sebagai budaya Negara lain.

Budaya Yang Terlupakan..

Indonesia punya beragam budaya looh.. Dari mulai baju, tarian, lagu, makanan, alat musik, tempat wisata, dll. Tapi sayangnya orang-orang hampir melupakan budaya Indonesia yang sebetulnya sangat unik. Tapi anehnya, budaya kita justu terlupakan. Seharusnya, yang namanya budaya itu dilestarikan. Tapi ini malah dilupakan.

  1. Pakaian
    Pakaian di Indonesia seharusnya tertutup looh.. Tapi sekarang, makin kebuka aja ya?? Aneh banget. Penyebabnya adalah budaya luar masuk ke Indonesia. Di luar negeri, kebanyakan orang pake baju yang terbuka. Ketika budaya itu masuk kedalam negeri, otomatis rakyat Indonesia menirunya. Selain ketertutupannya, motif asli indonesia juga udah ilang. Batik sekarang udah dicuri sama luar negeri. Sayang banget kan? Itu dia! Seharusnya kita tetap mempertahankan batik, bukan acuh tak acuh.
  2. Tarian
    Tarian Indonesia sangat bermacam-macam juga unik looh. Ada tari Jaipong, tari Piring, tari Saman, tari Merak, dll. Dan itu semua sangat-sangat menarik. Tapi sekarang, tarian dari luar justru lebih menarik perhatian orang Indonesia dibandingkan tarian asli dari Indonesia sendiri. Penyababnya sih masih sama. Yaitu karena budaya luar masuk ke Indonesia. Tarian yang sekarang menonjol yaitu tari K-Pop, tari Hip Hop, Harlem shake, dll. Padahal, tarian Indonesia lebih menarik.
  3. Alat musik
    Kalo yang satu ini sih sedikit terlupakan. Kita punya banyak alat musik tradisional. Tapi alat musik tradisional jarang ditunjukan. Dan jarang orang yang tahu alat musik itu sendiri. Mungkin yang mereka tau cuman gong, suling, kecapi, gamelan, dan gendang. Selebihnya paling cuma beberapa. Sekarang ini, di indonesia lebih terkenal gitar, piano, biola, drum, dll. Kemana alat musik tradisional kita??
  4. Makanan
    Sekarang, fast food sudah menguasai pasaran. Dimana-mana orang pasti makan ke restoran fast food. Padahal kan ga sehat. Lalu giamana nasib makanan Indonesia?? Hanya ada orang-orang yang setia yang selalu makan makanan asli Indonesia. Padahalkan makanan kita beragam. Ada sate, soto, tangkar, pecel lele, dll. Tentu makanan Indonesia lebiih nikmat bin enak dibanding makanan fast food.
  5. Tempat wisata
    Tempat wisata di Indonesia banyak dan indah loh. Bahkan, objek wisata masuk 7 keajaiban dunia, yaitu candi Borobudur dan pulau Komodo. Indonesia memiliki pantai yang indah loh seperti, pantai Anyer, Pangandaran, Lombok, Raja Ampat, dll. Indonesia juga punya tempat yang unik yanitu Green Canyon, yaitu sungai yang dikepung oleh tebing-tebing yang indah. Uniknya lagi, sungai Green Canyon memiliki air berwarna hijau. Gak kalah keren kan sama yang luar negeri?? Malahan, banyak orang luar yangmau berkunjung ke Indonesia.
Read More ->>

Ninja's

EDITED BY Aji. Diberdayakan oleh Blogger.